Selasa, 15 Mei 2012


Sejarah Ultras Italia

 
















ini dokumentasi twit series yang dilakukan @regisethisgoals dengan topik sejarah suporter garis keras (ultras) (di Italia).
Berikut adalah beberapa supporter garis kelas di tanah pencetus sepak bola modern yaitu Inggris
1.Aston Villa Hardcore lahir di kota Birmingham dgn mendukug klub Aston Villa mereka terkenal supporter plg loyal pd klub dan negara mereka
mereka di segani di benua eropa supporter garis keras yg sangat teroganisir dari segi organisasi hingga pertempuran jalanan
beberapa pentolannya sudah di blacklist untuk dilarang masuk ke semua stadion hampir di seluruh britania raya
2.Inter City Firm. Udah nonton Green Street Hooligan?.Supporter fanatik dari klub London, West Ham United.
Dinamakan Inter City sesuai dengan nama kereta yang mereka pakai untuk menyaksikan pertandingan away
mereka sudah aktif dari tahun 1970-an, tidak rasis dan ekstrimis ke kananan, tapi sama berbahayanya dgn para hooligan yg lain
mereka punya kebiasaan eninggalkan kartu di lawan yg mereka serang dg isi tulisan “Congratulations, you’ve just met the ICF.”
3. Chelsea Headhunters merupakan klub Hooligan rasis yang juga kadang di kaitkan dengan Front Nasional dan Paramiliter Combat 18.
lahir di kota London dan berafiliasi dengan Chelsea, meraka menjungjung tinggi supremasi kulit putih dan sangat ke kananan
4. The Red Army ,supporter garis keras dari kota Manchester yg mendukung Man Utd hooligan plg berbahaya di Inggris dgn kriminal plg tinggi
ke Tanah Italia ada ultras sayap kanan yg rasis dan juga ekstrimis sayap kanan
1.Boys San atau Viking from Milano supporter dari kota Milan yg mendukung Internazionale Milan bersayap kanan dan juga rasis
Kelompok tertua di Curva Nord 69. Berdiri pada 1969, plgl oyal tdk pernah berhenti bernyanyi dan merupakan hooligan yg sangat teroganisir
mereka meninggalkan sifat buruk mereka dan leibh fokus untuk mendukung tim kesayangn mereka Inter Milan dgn bernyanyi sampai pluit berakhir
2. Viking masih di kota Milan dan berdiam di curva nord ( tribun utara) terbentuk pada tahun 1984
dikenal sebagai salah satu pendukung beraliran sayap kanan paling loyal di Italia, tp juga rasis & mempunyai kendali di pemerintahan italia
3. Forever Ultras masih di kota milan dan berada di curva nord yg juga pendukung fanatik Inter tertua kedua setelah Boys San
nb: jika kalian berlibur di kota Milan jgn pernah memakai jersey AC Milan dihadapan mereka, “you better die”
4 Irridubicili masih pendukung fanatik inter milan,kelompok paling kontroversial di antara Ultras Inter lainnya.
dikenal dengan nama “Skins”kelompok ini langsung membuat kericuhan dengan menyerang setiap pendukung lawan yang datang ke Giuseppe Meazza.
“Non basta essere Bravi bisogna essere I migliori” (untuk menjadi yang terbaik, tidak cukup dengan bersikap baik) adalah slogan mereka
makasih hehe RT @hedi @regisethisgoals tambahan mas, suporter paling ditakutin di Inggris: Milwall. Dari sini cikal bakal garis
—-
karena ada yg nanya apa itu Ultras kita balik lagi ke sejarah
Kelompok Ultras yang pertama lahir adalah dari Fossa dei Leoni (FDL) salah pendukung klub asal kota Milan yaitu AC Milan pada tahun 1968
Setahun berselang rival sekota mrk Inter Milan membuat tandingannya yg bernama Inter Club Fossati tp kemudian berganti nama menjadi Boys San
Boys San sendiri lahir karena pelatih Inter saat itu Helenio Herrera ingin mempunyai kelompok suporter yg teroganisasi dgn baik
Fenomena ultras awalnya hadir dari protes para demonstran di italia yg tidak puas dgn sitasi politik di negaranya di akhir tahun 60-an
Setiap #ultras memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam, walaupun mereka mendukung klub dari kota yang sama.
#ultras di Italia mempunyai andil besar dalam melestarikan paham2 seperti komuisme, sosialisme, dan fasisme
peran para #ultras dalam perubahan sebuah klub di Italia lebih besar perannya dibanding para hooligan di tanah Inggris
Maka dari itu ketegangan antar suporter disebabkan oleh perbedaan pilihan ideologi daripada perbedaan klub kesayangan, yg jauh dr sepak bola
Uniknya dalam setiap pertempuran #ultras di italia mempunyai kode etik dalam berperang agar lebih “berbudaya” yg disebut Ultras codex
RT @hedi @regisethisgoals paham kiri condong di Italia selatan dan ultra-kanan di Italia utara #ultras
Misalnya ketika ultra Juve bertempur dgn ultra inter dan dimenangkan oleh Ultra Juve maka Ultra juve berhak membawa plg bendera ultra inter
RT @casiraghii @hedi  @regisethisgoals  mayoritas ultras masih bawa fasisme smp skrg. Yel2 nya sngt berbau fasis.
ada cerita menarik tentang kasus bendera ini saat FDL mempunyai bendera dari Viking Juve bukan dari open fight melaikan nemu di jalanan
Viking Juve yg tdk terima mencegat FDL di Eindhoven setelah partai liga Champions PSV - Milan dgn senjata tajam & berhasil merebut bdra FdL
FdL lapor polisi, padahal dalam kode etik ultras italia, polisi adalah hal yang di haramkan
RT @hedi @casiraghii @regisethisgoals pasti, Italia kandangnya fasis. tanpa sepakbola pun orangnya udah rasis. Camoranesi tuh yg bilang :))
@casiraghii @hedi @regisethisgoals salam fasis 1 tangan Totti ala Mussolini pd tifosi itu jelas bkn suatu ketidaksengajaan. Dr kecil didikannya spt itu.
RT @casiraghii @hedi  @regisethisgoals  betul. Cagliari atau Napoli jelas sosialis/komunis. Mayoritas pddk nya jg peladang/petani.
gara2 tragedi itulah FDL bubar lalu terbentuklah grup baru yaitu Guerrieri Ultras dan Brigate Rossonere
suatu #ultras akan bertempat di suatu tribun yg sama di stadion di Italia,dan dipimpin oleh seseorang yang disebut CapoTifoso
seorang capotifoso mempunyai kekuatan untuk memerintah melakukan apapun yg dia perintahkan dan akan dilakukan oleh para anggotanya
Bagi ultras, polisi adalah hal yang diharamkan alias A.C.A.B yg berarti All Cops Are Bastards
Tapi bukan hanya polisi saja korban mereka dari pelatih, pemain hingga jajaran manajemen pernah jadi korban kdigdayaan mereka
Beberapa #Ultras di Italia memaksa klub menyediakan tiket gratis untuk mereka, travel away, dan juga hak atas hasil penjualan merchandise
Christia Vieri mobilnya dan restorannya(klo ga salah) pernah dirusak oleh #ultras karena di anggap tidak loyal lagi pada Inter Milan
apa hubungannya sepak bola sama palu dan arit???
seperti kata mas @hedi dan @casiraghii tanpa ada sepak bola pun negara Italia memang kandangnya fasis
Yell yell dan koreografi yg kalian dengar atau kalian sering saksikan di stadion dan televisi itu adalah hasil dari para #ultras Italia
Fasisme merambah hingga sepak bola yg menular pd #ultras - ultras di italia mungkin efek Mussolini
Konon katanya Hitler ga mau ngancurin stadion yg ada di Inggris waktu tentara Nazi nyerang takut sepak bola hancur


sumber : 
http://biruhitamindonesia.blogspot.com/feeds/posts/default?alt=rss
KELOMPOK SUPPORTER SEPAK BOLA CLUB PERSIB BANDUNG

NAMA Flower City Casual (FCC) memang masih cukup asing di kalangan komunitas suporter, khususnya bobotoh Persib. Tapi jangan salah, kiprah FCC tidak bisa dianggap sebelah mata ketika mendukung Maung Bandung berlaga di setiap pertandingannya.
Flower City Casual (FCC) yang mengandung arti Casual dari Kota Bandung, merupakan satu dari sekian banyak kelompok suporter Persib yang selalu hadir Maung Bandung bertanding di kandang sendiri.
Hadir dengan gaya casualnya dan tentu saja didasari kecintaannya terhadap Persib, FCC resmi berdiri pada tahun 2005 yang dipelopori oleh 3 orang pecinta Persib. Karena mempunyai kesamaan hobi dan kecintaan terhadap berbagai hal berbau Inggris atau British, FCC hadir diantara banyak kelompok suporter Persib dan memberikan dukungan positif kepada tim jagoannya.
“Mungkin kita berdiri karena pertama, adanya kesamaan hobi, sama-sama suka Persib. Yang kedua suka kultur Inggris, dalam artian background-nya skindhead dan suka brandsport luar negeri seperti Adidas (Jerman),” ujar Kiki selaku petinggi FCC, yang ditemui persibholic.com di Cikapayang beberapa waktu lalu.
Pada dasarnya FCC ini sama dengan kelompok-kelompok suporter lainnya yang mendukung Persib, hanya saja yang membedakan mereka adalah dari penampilan yang apa adanya.
“Ya kami sehari-hari juga penampilan seperti ini, di stadion pun penampilan seperti ini. Hanya ingin jadi diri kita sendiri aja” ujar Kiki.
“Yang menjadi ciri khas anggota FCC pertama dilihat dari sepatu, kebanyakan memakai Adidas, traning ellese dan lain-lain. Ya pokoknya kebanyakan memakai brand sport tahun 80-an” lanjut Kiki.
Soal kemungkinan adanya pandangan-pandangan “miring” yang bisa datang dari suporter Persib yang lainnya karena adanya perbedaan dari segi penampilan, Kiki menganggap itu hal yang biasa terjadi kepada kelompok yang baru muncul.
“Sesuatu yang baru pasti ada pandangan yang baik dan tidak, itu hal yang wajar. tapi kita menganggapnya positif saja, mungkin karena kita dan yang lainnya belum saling mengenal,” tambah Kiki.
FCC ini tidak memiliki struktur organisasi dan keanggotaan formal seperti kelompok-kelompok pendukung Persib lainnya.
“Kami disini tidak ada struktur organisasinya. Kami disini ya teman sekaligus keluarga yang sama-sama memiliki hobi yang sama, baik hobi mendukung Persib maupun dari dandanan,” lanjut Kiki.
Setelah 6 tahun berjalan kelompok ini sudah memiliki 700 orang anggota, tetapi yang aktif sekitar 200 orang. Kelompok ini selalu setia datang ke stadion untuk mendukung Persib.
Bukan hanya partai kandang tetapi partai tandang pun mereka selalu ikut mendukung Persib terbukti pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan telah menjadi saksi mereka ketikamendukung Maung Bandung.
Pengisi setia tribun utara dengan ciri khas flair disaat Persib mencetak gol ini selain mendukung Persib, FCC juga selalu mengadakan acara musik secara rutin setiap tahunnya dengan mengundang bintang tamu band-band yang sering mengisi acara bola.
Kelompok suporter ini biasanya sering mengadakan kumpul bareng disetiap minggunya yaitu pada hari jumat malam di taman Cikapayang, Dago.
Terakhir, mereka menyatakan siapapun bisa bergabung asalkan cinta dan bangga terhadap Persib Bandung. Dan mereka tidak mewajibkan harus memakai sepatu adidas, yang penting berpenampilan casual dalam artian stelan santai seperti yang dipakai sehari-hari.

sumber : 
http://www.persibholic.com/css/view/site.css

HOOLIGAN EROPA

7 Hooligan Inggris Paling Berbahaya



Millwall Bushwackers

Mereka adalah supporter fanatik klub sepakbola Millwal. Nama Bushwackers mereka ambil dari "plesetan" nama penyerbuan ketika perang saudara di Amerika. Dan nggak ada yang mau cari gara-gara dengan Hooligan satu ini. Mereka bahkan punya senjata khusus yang dirancang sendiri untuk menyerang supporter lawan, mereka menyebutnya dengan "The Millwal Brick".

Pada puncak kegiatan mereka di 1980-an, Bushwackers kerap membuat ulah serius selama pertandingan, dan bertanggung jawab atas beberapa kerusuhan terburuk dalam sepakbola Inggris. Dan mereka bangga dengan kelakuannya itu.

Walaupun setelah itu mereka tidak "segarang" sebelumnya, namun 2 supporter Wolverhampton tewas dibuatnya. Ditusuk oleh Pisau Stanley. Sementara di tahun 2002 lebih banyak lagi pertumpahan darah ketika malam pertandingan play off versus Birmingham City. Polisi menggambarkan kejadian malam itu sebagai kekerasan terburuk dan menjadi reputasi Bushwackers yang tidak akan tertandingi.
Birmingham Zulus

Kembali ke tahun 70-an, teriakan "Zulu, Zulu!" dijalanan Birmingham hanya memiliki arti ; Ksatria Zulu, Birmingham City yang terbaik dan provokasi untuk menantang bertempur.

Dikenal karena anggotanya yang berasal dari berbagai latar belakang etnis, Hooligan satu ini adalah salah satu yang paling ditakuti era 80-an - dan mereka tetap penyebab utama kerusuhan. Bentrokan kekerasan seringkali terjadi dengan pendukung klub rival Aston Villa pada hari derby, dan Zulu yang dikenal keras mempertahankan wilayah mereka dari serangan Hooligan lain.

Di antara sekian banyak insiden yang dipicu oleh Ksatria Zulu ini adalah serangkaian kerusuhan di Cardiff pada tahun 2001 yang menyebabkan satu Pub hancur, satu orang diserang dan sembilan lagi dibawa ke rumah sakit.

Kemudian pada tahun 2006, sekitar 200 fans Birmingham merobohkan pagar yang memisahkan mereka dari fans Stoke setelah pertandingan Piala FA, perang pun pecah, dan polisi tidak luput dari serangan Zulu. Seorang perwira senior menggambarkan kerusuhan ini sebagai "kekerasan ekstrim".


Aston Villa Hardcore
Hooligan terkenal lainnya yang berbasis di Birmingham adalah Aston Villa Hardcore. Berafiliasi dengan klub Aston Villa atau dikenal sebagai The Villains. Dan reputasi mereka juga tidak kalah sengitnya dibanding rival sekotanya.

Pada "Pertempuran Rocky Lane" pada tahun 2002 menyebabkan beberapa gangguan serius di daerah Aston setelah pertandingan antara Villa dan Birmingham City yang menyebabkan penangkapan 15 orang Hooligan.

Kemudian pada tahun 2005, anggota Hooligan, Steven Fowler, yang telah dipenjarakan selama enam bulan dalam perang tahun 2002, harus kembali mendekam di penjara untuk 12 bulan kemudian karena terlibat dalam serangan terorganisir antara Hardcore Villa dan headhunter Chelsea di King's London's Cross tahun 2004.

Juga pada tahun 2004, beberapa Hooligan Villa terlibat dalam pertempuran dengan fans Quens Park Ranger di luar Villa Park di mana seorang pramugara meninggal ketika menyeberang jalan.



Inter City Firm

Sekelompok hooligan yang aktif dari tahun 1970an sampai tahun 1990, yang mereka menamainya dengan Inter City Firm (ICF). Supporter fanatik dari klub London, West Ham United.

Dinamakan Inter City sesuai dengan nama kereta yang mereka pakai untuk menyaksikan pertandingan away. Inter City Firm mempunyai kebiasaan unik dimana mereka meninggalkan kartu di tubuh lawan yang mereka serang dengan tulisan yang tertera: "Selamat, Anda baru saja bertemu dengan ICF."

Meskipun sama-sama menyukai kekerasan, Cass Pennant, seorang yang berpengaruh di ICF menyatakan ICF berbeda dengan Hooligan lainnya yang umumnya mereka rasis dan berhaluan Neo-Nazi. Namun tetap saja mereka bukanlah teman-teman yang baik.

Banyak contoh ekstrim perilaku kekerasan mereka telah didokumentasikan, bentrokan sering terjadi dengan Hooligan saingannya Bushwackers Millwall.


6.57 Crew
Dihubungkan dengan tim Liga Utama Inggris Portsmouth FC, dan dinamai berdasarkan waktu kereta yang membawa mereka ke Stasiun Waterloo London pada hari Sabtu yaitu pukul 06:57. 6,57 Crew adalah salah satu kumpulan Hooligan terbesar selama tahun 1980-an, dan telah menyebabkan kekacauan di seluruh negeri.

Pada tahun 2001, mereka bertempur dengan fans Coventry City di kandang Conventry, merobek kursi dan melemparkan "molotov" ke lawan mereka.

Pada tahun 2004, 93 anggota mereka ditangkap - termasuk anak 10 tahun yang menjadi Hooligan termuda dalam sejarah Hooliganisme Inggris - mereka berulah dan memulai kerusuhan massa sebelum dan setelah pertandingan melawan saingan Southampton, di mana polisi diserang dan toko-toko dijarah.

Lebih dari seratus hooligan Portsmouth dilarang bepergian ke Piala Dunia 2006 di Jerman karena dinyatakan bersalah atas kejahatan yang berhubungan dengan sepak bola.



The Red Army
Manchester United adalah salah satu klub sepakbola terbesar dengan permainan yang indah, sehingga supporter fanatik mereka, The Red Army, dapat dikatakan memiliki jumlah terbesar dengan tingkat Hooliganisme tinggi di Britania.

Sementara nama The Red Army juga digunakan untuk merujuk kepada fans Man U pada umumnya, pada pertengahan 70-an nama itu menjadi identik dengan beberapa insiden menentukan dalam hooliganisme Inggris.

Bentrokan massal terekam pada tahun 1985. Kala itu The Red Army berseteru dengan Hooligan West Ham disekitaran kota Manchester.


Chelsea Headhunters
Dihubungkan dengan Klub kota London, Chelsea, Headhunters merupakan klub Hooligan rasis yang juga kadang di kaitkan dengan Front Nasional dan Paramiliter Combat 18.

Pada 1999, headhunter telah disusupi oleh seorang reporter BBC yang menyamar sebagai anggota tapi punya tato singa yang salah (Fans berat Chelsea pasti tau Logo Singa Chelsea) - kesalahan berisiko yang membuat geram para Headhunters.

Mantan pimpinan Headhunters, Kevin Whitton, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada tahun 1985 setelah melakukan suatu serangan yang dianggap sebagai salah satu insiden hooliganisme sepak bola terburuk yang pernah ada di Inggris. Ketika itu Chelsea mengalami kekalahan, Whitton dan lainnya masuk ke sebuah Bar sambil berteriak, "Perang, perang, perang!!". Beberapa menit kemudian manager bar yang berasal dari Amerika tersungkur sekarat dan seorang Hooligan berteriak kepadanya, "Kalian orang Amerika datang ke sini dan mengambil pekerjaan kami!"

HOOLIGAN ENGLAND

Rivalitas Antar Klub Inggris: Kala Sepakbola Menandingi Agama

Bagi sebagian orang, sepakbola tidak lah lebih dari sekedar 22 orang yang saling mengejar bola di lapangan. Bagi beberapa fans klub Liga Inggris, sepak bola menjadi bagian hidup yang siap mereka bela dengan nyawa.
Contoh saja permusuhan antara Liverpool FC dan Manchester United. Alkisah, pada permulaan abad industri di Inggris, kota Manchester dikenal sebagai pusat industri manufaktur sedang Liverpool memiliki pelabuhan yang penting untuk menunjang industri manufaktur tersebut. Pada tahun 1894, kota Manchester membuka sebuah kanal kapal sendiri, sehingga kapal-kapal yang membawa barang tidak perlu lagi singgah di Liverpool.
Hal ini menyebabkan banyak orang di Liverpool, yang menggantungkan diri pada pelabuhan, kehilangan pekerjaan dan menciptakan angka pengangguran yang tinggi.  Liverpudlians mulai membenci para Mancunians yang merusak kehidupan mereka, dan lahirlah rivalitas antar kota Manchester-Liverpool, yang juga melatarbelakangi salah satu persaingan antar dua klub sepakbola terbaik dunia.
Saat era industri mengalami penurunan pada tahun 1970-an dan 1980-an, penduduk kota Liverpool berhasil melampiaskan inferioritas mereka selama bertahun-tahun karena Liverpool FC merajai Liga Inggris, bahkan menjuarai Piala Champions 4 kali, sedang rivalnya, Manchester United, mengalami masa-masa terkelam dalam sejarah, dimana mereka mencicipi degradasi. Inilah mengapa para suporter Liverpool sangat bangga dengan rekor 18-5 (18 kali menjuarai liga dan 5 kali merebut trofi Champions), yang hampir kesemuanya direngkuh pada era lampau. Pada tahun 2008, Uni Eropa menganugerahkan gelar European Capital of Culture kepada kota Liverpool atas pencapaian mereka di bidang budaya. Suporter Manchester United membalas dengan memajang besar-besar banner bertuliskan ”Manchester: European Capital of Trophies” di Old Trafford.
Selain Liverpool dan rival sekota Manchester City, tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Man Utd mempunyai rivalitas turun temurun dengan Leeds United yang sejarahnya bisa dirunut hingga abad ke-15.
Man Utd dan Leeds United merupakan representasi modern dari House of Lancashire dan House of Yorkshire, dua pihak yang terlibat perang sipil memperebutkan takhta Kerajaan Inggris. Perang tersebut dinamakan Wars of The Roses karena masing-masing pihak disimbolisasikan dengan mawar merah dan mawar putih. Ini juga alasan kenapa Man Utd berseragam merah, sedang Leeds memiliki kostum berwarna putih.
Walau Leeds sekarang sudah tenggelam ke League One, dua kasta di bawah Premiership, perseteruan kedua tim masih terus berlangsung. Tidak terhingga pedihnya rasa sakit suporter Leeds saat salah satu pahlawan mereka, Alan Smith, hijrah ke Old Trafford setelah mereka terdegradasi. Belum lagi, sebelumnya Rio Ferdinand juga hengkang ke Man Utd dalam transfer yang disebut manajer Leeds kala itu, David O’Leary, “Memberi Sir Alex Ferguson gelar juara liga”.
Sejarah rivalitas di luar lapangan tidak hanya dimiliki klub-klub besar. Seperti kita ketahui, 2 minggu silam pecah kerusuhan antara suporter West Ham dengan suporter Millwall dalam pertandingan yang dilabeli East London Derby (walau Millwall sebenarnya berada di bagian tenggara). Salah seorang bekas pentolan hooligan West Ham yang sekarang menjadi penulis buku, Cass Pennant, mengatakan, “Semua orang tahu ada sesuatu yang akan terjadi bila West Ham dan Millwall bertemu”.
Bila ditelusur ke belakang, West Ham dahulu bernama Thames Ironworks FC, sebuah klub yang dibentuk dari serikat pekerja galangan kapal (menjelaskan mengapa lambang West Ham adalah palu dan mereka disebut The Hammers), sedang Millwall bernama Millwall Ironworks. Mereka berada dalam kondisi yang baik satu sama lain sampai pada tahun 1920-an ketika para pekerja Millwall Ironworks menolak ikut dalam aksi mogok kerja buruh besar-besaran yang dipelopori oleh Thames Ironworks. Sejak itu, rivalitas terbentuk antara mereka dan mendarah daging kepada para suporter keduanya.
Satu lagi rivalitas besar di Inggris adalah antara Newcastle United dan Sunderland. Newcastle sekarang terbenam di divisi Championship, tapi yang menjadi masalah bagi mereka adalah bahwa tetangganya Sunderland, berada satu tingkat di atas mereka. Kedua kota terlibat dalam sebuah persaingan yang diberi label Tyne-Wear Derby yang (lagi-lagi) berakar dari sejarah masa lampau. Dalam masa perang sipil Inggris, Newcastle menjadi pendukung setia royalis dari Raja Inggris kala itu, Charles I, sedang Sunderland menjadi basis massa parlementarian dari Oliver Cromwell yang berseberangan dengannya.
Fanatisme dan rasa rivalitas antar fans tim Inggris amat lah kental, contoh saja Portsmouth yang kini terpuruk di dasar klasemen Liga Inggris dan menjadi salah satu kandidat degradasi musim ini, tapi salah seorang fans Pompey menulis di Internet, ”Setidaknya kami masih bisa tersenyum karena Southampton juga terpuruk di League One”. Kedua klub berada di kota pelabuhan, dengan Southampton sebagai pelabuhan sipil, sedang Portsmouth adalah markas besar armada angkatan laut Kerajaan Inggris. Berbagai privilege yang dimiliki Portsmouth sebagai markas angkatan laut membuat iri tetangganya dari Southampton dan memberi percikan api bagi persaingan keduanya.
Masih banyak kasus-kasus rivalitas antar klub Inggris yang berakar jauh dari luar lapangan hijau. Menilik latar belakang tersebut, bukanlah suatu hal yang mengejutkan bila sepakbola di Inggris bagaikan agama bagi para penggemarnya. Sepakbola dipandang sebagai sebuah medan peperangan modern yang berimbang di mana pemenang bukan lagi ditentukan oleh pertumpahan darah, tapi oleh siapa yang lebih banyak mencetak gol ke gawang lawan.
Tidak heran, seorang manajer legendaris Liverpool, Bill Shankly, pernah mengatakan, ” Some people think football is a matter of life and death. I assure you, it's much more important than that”.